PENGETAHUAN DASAR MERANCANG BANGUNAN

Arsitektur bangunan berurusan dengan pembuatan wadah untuk menampung kegiatan manusia. Pada umumnya, ini berarti menciptakan ruang yang ideal untuk suatu kegiatan manusia. Dengan demikian, arsitektur bangunan ialah susunan ruang - ruang yang di rancang untuk kegiatan tertentu yang diintergrasikan dengan harmonis ke dalam sebuah komposisi.

Bila kita merancang suatu bangunan, kita merancang penggabungkan berbagai unsur ruang untuk menampung suatu proses kegiatan sehingga menghasilkan suatu keseluruhan yang lebih kaya dan lebih bermakna.

Bagaimanakah membangun dengan arsitektur yang baik? sejak zaman dahulu sampai sekarang, para ahli bangunan telah menentukan 3 faktor utama sebagai syarat untuk membuat bangunan dengan arsitektur yang baik : Pertama, bangunan itu harus fungsional, enak dipakai, dan memenuhi persyaratan sehingga tidak menyulitkan pemakaian; kedua, bangunan itu harus kuat sehingga orang yang memakainya merasa aman, ini disebut faktor sruktural; ketiga. bangunan itu harus indah (estetis). Faktor ketiga inilah yang masih merupakan persoalan bagi banyak arsitek Indonesia, karena keindahan yang di cari adalah keindahan arsitektur yang mempunyai ciri kebudayaan Indonesia. Arsitektur Indonesia peninggalan nenek moyang kita kebanyakan berupa bangunan semi permanen yang di buat dari bambu, kayu dengan atap ijuk atau daun. Bagaimanakah caranya membuat arsitektur Indonesia dengan bahan - bahan modern dan permanen ? ini akan di bahas kemudian.

Kembali kepada 3 faktor yang menentukan tersebut, ketiganya harus direncanakan bersamaan; artinya yang satu harus dirancang dengan memperhatiakn pengaruhnya terhadap yang lain. Harus disadari bahwa ketiganya berkaitan satu sama lain, membentuk satu keseluruhan yang utuh. Dan harus disadari pula bahwa keseluruhan yang utuh lebih penting dari pada bagian  - bagian kecil yang baik tetapi tidak serasi dengan keseluruhan sehingga berdiri sendiri - sendiri tanpa ada kaitannya dengan yang lain.

Jelaslah bahwa ketiga faktor tersebut merupakan syarat yang tidak berubah. Tetapi ini bukan berarti bahwa ketiganya selalu sama pentingnya,. Masa yang berbeda memberikan penekanan  yang berbeda pada ketiga faktor tersebut. Pads masa ini penekananya pada faktor fungsi atau organisasi ruang yang baik disegi ekonomis dan efisiensi. Pada abad sebelumnya segi keindahanlah yang diutamakan.




Gambar a.
Sebagai contoh, lihatlah gambar a: sebuah rumah sederhana di Jawa Barat. Perhatikan tiang - tiang kayu yang terletak di sudut  - sudut dan yang di tengah. Semua tiang itu berfungsi sebagai penahan dinding luar dan juga sebagai pembagi ruang menurut rancangan denahnya. Maka kita katakan tiang - tiang itu fungsional. kita juga melihat bahwa semua tiang tersebut tersusun teratur dengan kokhnya sehingga menjadi inti kekuatan bangunan untuk menahan beban atap pada arah vertikal dan juga untuk menahan gaya lateral. Maka kita katakan tiang - tiang itu pun struktural. Bentuk tiang - tiang, ukuran penampang, dan tingginya porporsional atau sebanding dengan tinggi dan besar seluruh bangunan, sehingga berkesan kokoh.

Tiang - tiang depan sebagian berukir. Jika tiang ini diberi warna agak gelap (di politur coklat gelap) dan dinding pengisi yang berupa anyaman bambu yang halus diberi polesan terpenting sehingga berwarna kuning, akan timbul kesan kontras namun serasi antara kekokohan tiang yang menonjol dan dindingnya yang lebih lembut. Jika penyelesaianya dilakukan dengan cermat dan rajin, keindahanpun akan tercapai. 

Dengan demikian kita katakan tiang tersebut memenuhi syarat arsitektur yang baik karena fungsional, struktural, dan estetis. Kalau kita perhatikan, seluruh bangunan itu memenuhi syarat demikian dan merupakan karya arsitektur yang baik.


Gambar b dan c adalah sebuah ruamh tinggal yang ada di sebuah kota di Indonesia. Sekali melihat, perhatian kita tertarik padanya, karena bentuknya yang aneh dan "cukup keres berteriak". Tetapi makin sering dilihat terasa semakin menjemukan. Mengapa? Karena kita merasa "dipaksa" melihat sesuatu yang tidak jelas maknanya.

Marilah kita bahas bangunan ini. Dari segi fungsi sebuah rumah tinggal biasanya mempunyai 3 fungsi umum. Pertama, bagian yang di pakai bersama, yaitu yang terdiri dari ruang tamu, teras, ruang keluarga, dan ruang makan. Bagian kedua, adalah bagian privancy yang terdiri dari kamar tidur, ruang kerja, kantor pribadi dan toilet pribadi. Bagian ke tiga, adalah daerah servis yang terdiri dari garasi, dapur, gudang, kamar pembantu, jemur cuci, dan kamar pembantu beserta kamar kecilnya. Pada umumnya, dalam sebuah rumah tinggal daerah bersama ini diutamakan dan ditonjolkan sehingga berkesan mengundang orang masuk. Bagian pribadi agak disembunyikan untuk menjamin rasa aman dalam melakukan kegiatan pribadi. Bagian servis lebih disembunyikan lagi agar tidak tampak dari luar, kecuali garasi.

Dengan melihat gambar b dan c kita bertanya - tanya, apakah bagian yang terbesar itu merupakan bagian utama? Ruang bersama? Apakah dibagian yang terbesar itu ruang tamu dimana saya boleh masuk ? Apakah dua bagian yang lebih kecil lagi merupakan bagian pribadi atau bagian service? Mengapa bentuk ketiganya  saling bersaing untuk menonjolkan diri? Mengapa bentuknya sama sehingga fungsi ketiganya seolah - olah sama? Apakah rumah itu terbagi tiga? Apakah yang terbear untuk ayah dan ibu, sedangkan dua yang lebih kecil untuk anaknya yang sudah berkeluarga? Kalau demikian ada tiga rumah yang dijadikan satu. Rumah ini fungsinya tidak jelas.

Sekarang perhatiakn bentuk lonteng teras yang lantainya menjulur lebih jauh kedepan dari pada atap datarnya. Bentuknya dibuat agak rapat, mungkin agar orang yang duduk di teras merasa terlindug.  Tetapi bentuk ini amat mudah menampung air hujan sehingga kalau hujan terasnya banjir . Tujuan agar orang yang duduk di dalamnya aman, tidak tercapai, sehingga bentuk ini tidak fungsional.

Sekarang perhatikan dari segi strukturnya. Kita lihat atap beton yang menggantung cukup jauh itu, hanya bertumpu pada dinding tebal yang kelihatannya seperti batu alam. Kita tahu bahwa sususnan batu alam hanya kuat menahan gaya gravitasi dan tidak kuat menahan momen. Gaya momen timbul dari menjulurnya atap pelat beton yang cukup jauh tentu akan membuat dinding retak. Tetapi mengapa bangunan itu dapat bertahan? Tentu di dalam dinding tebal itu terdapat kolom beton atau kolom praktis yang menahan momen. Kolom ini bersambungan dengan tembok dan di tutup dengan lapisan batu alam yang tipis - tipis.  Dipandang dari azas arsitektur modern yang menghendaki kejujuran dalam ekspresi struktur, ini semacam pemalsuan sehingga strukturnya tidak jelas.  Kalau pelat betonya tidak menjulur keluar seperti pada bagian samping, dinding tebal itu kelihatan struktural.

Dari segi keindahan, indahkah bangunan ini? Kalau dari segi fungsi dan struktur sasaran sudah tidak tercapai, apalagi dari segi keindahan. Bentuk yang sama tersebut saling bersaing sehingga tidak tercapai kepaduan yang kompak; meskipun masih ada irama dari bahan beton dan batu alam dan bidang terang denga gelap yang agak kacau kaeran campur aduk.



  1. Gambar a. Rumah tradisionl di Jawa Barat yang memenuhi syarat fungsional, struktur, dan estetika.
  2. Gambar b, c. Rumah tinggal yang tidak memenuhi persyaratan fungsi, struktur, dan estetika.
  3. Gambar d. Karena bentuknya yang amat berbeda dari bentuk - bentuk bangunan di sekitarnya, maka bangunan iniamat mencolok, terutama ketika baru di bangun. Bentuknya bagaikan tiga orang yang sedang membuka mulut lebar - lebar.
(H.K Ishar Pedoman umum merancang bangunan)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Studio Perancangan Arsitektur I(pertemuan I)

Definisi Umum Profesi Arsitek